Entri Populer

Selasa, 03 Februari 2009

Metode Mengajar

Metode Mengajar

Dalam pengajaran suatu bahan pelajaran maka guru sebagai pembimbing, pengasuh dan petunjuk jalan untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan, harus berusaha seoptimal mungkin untuk mencapai dan memelihara situasi dalam belajar mengajar yang baik sehingga siswa memperoleh hasil sesuai dengan yang diinginkan.

Dalam hal ini guru harus mengetahui komponen-komponen apa saja yang harus diperhatikan di dalam proses belajar mengajar. Sebagaimana yang dikemukakan oleh syarat-syarat metode mengajar antara lain :

1. Membangkitkan motivasi, minat atau gairah belajar siswa.

2. Menjamin perkembangan kegiatan kepribadian murid.

3. Memberi kesempatan bagi ekspresi yang kreatif dari kepribadian murid.

4. Merangsang murid dalam teknik belajar sendiri cara memperoleh pengetahuan melalui usaha sendiri.

5. Mendidik murid dalam teknik belajar sendiri cara memperoleh pengetahuan melalui usaha sendiri.

6. Meniadakan pengajaran bersifat verbalitas dan menggantikannya dengan pengalaman atau situasi yang nyata.

7. Menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan sikap utama yang diharapkan dalam kebiasaan cara bekerja yang baik dalam kehidupan sehari-hari. (M. Ali, 1987 : 30).

Pendapat senada juga disampaikan oleh Winarno Surahmad dalam bukunya Metodologi Pengajaran Nasional, "Metode adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Makin baik metode itu makin efektif pula pencapaian tujuan. Untuk menetapkan baik buruknya metode dilihat dari faktor utamanya yaitu tujuan yang ingin dicapai." (Winarno.S, 1996 : 75).

Metode mengajar adalah "Cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran." (Nana Sudjana, 1991 : 76).

"Metode merupakan cara atau jalan yang harus ditempuh untuk mencapai suatu tujuan tertentu, dalam belajar metode digunakan dengan tujuan mendapatkan pengetahuan, kecakapan dan keterampilan. Cara-cara yang dipakai itu akan jadi kebiasaan."(Slameto, 1987 : 84).

Memang, untuk mencapai tujuan harus diusahakan secara maksimal agar apa yang ingin dicapai memiliki nilai yang bagus. Apalagi dalam usaha mendidik siswa, seorang guru harus pintar dan rasional. Gurulah yang berperan sebagai motivator dituntut dapat memberikan bentangan jalan yang luas bagi siswa untuk mampu belajar secara mandiri. Bentangan jalan yang luas itu dapat diberikan melalui penggunaan metode-metode mengajar yang sesuai.

"Suatu persoalan, bagaimana kita harus memilih metode-metode itu pada waktu mengajar. Hal ini tergantung kepada apa tujuan kita mengajar, bahan apa yang akan diajarkan, siapa murid yang kita ajar serta fasilitas apa yang dipergunakan. Namun demikian dalam suatu peristiwa mengajar, ada salah satu metode utama yang digunakan." (Engkoswara, 1984 : 46).

Kutipan di atas merupakan prasyarat yang dapat dijadikan pedoman oleh guru, sehingga guru mendapat suatu cara yang efektif dalam mendidik siswa. Guru juga harus berusaha membeda-bedakan kegunaan suatu metode sehingga guru tersebut jauh dari kemiskinan penguasaan metode mengajar.

Untuk Iebih mengetahui secara Iebih mendalam, maka ada baiknya penulis utarakan kebaikan dan kelemahan beberapa metode yang penulis anggap erat kaitannya dengan masalah yang diteliti, antara lain

Metode Ceramah Bervariasi

1. Pengertian

Metode ceramah adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dengan melalui penuturan (penjelasan lisan) oleh guru kepada siswa. Metode ceramah bervariasi merupakan cara penyampaian, penyajian bahan pelajaran dengan disertai macam-macam penggunaan metode pengajaran lain, seperti diskusi, tanya jawab, pemberian tugas, dan sebagainya.

2. Tujuan dan Manfaat

a. Metode ceramah digunakan dengan tujuan untuk :

1. Menyampaikan informasi atau materi pelajaran baru.

2. Membangkitkan hasrat, minat dan gairah siswa untuk belajar.

3. Menjelaskan materi pelajaran yang sukar.

b. Metode ceramah dapat digunakan dalam hal :

1. Jumlah siswa cukup besar

2. Sebagai pengantar atau menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

3. Waktu yang tersedia terbatas, sedang materi yang disampaikan cukup banyak.

. Langkah-Iangkah Penggunaan

Langkah-langkah penggunaan metode ceramah bervariasi, disesuaikan dengan metode-metode yang dipakai untuk variasi. Contoh penggunaan metode tanya-jawab dan diskusi sebagai variasi :

a. Persiapan

1. Merumuskan Tujuan Instruksional Khusus (TIK).

2. Menyusun urutan penyajian materi untuk mencapai Tujuan Instruksional Khusus yang sudah ditetapkan.

3. Menjelaskan materi ceramah secara garis besar.

4. Bila materi ceramah terlalu luas, dapat dibagi menjadi beberapa penggalan.

5. Disarankan materi ceramah diperbanyak untuk dimiliki tiap siswa.

b. Pelaksanaan

1. Menjelaskan kepada siswa Tujuan Instruksional Khusus (TIK) yang ingin dicapai sesudah pelajaran berakhir.

2. Menjelaskan kepada siswa cara pelaksanaan metode ceramah bervariasi. Misalnya : ceramah yang disertai dengan tanya jawab, diskusi kelompok kecil dan ditutup dengan laporan kelas.

3. Membagikan materi ceramah kepada siswa.

4. Menyajikan materi ceramah.

5. Tanya jawab.

6. Guru mengkomunikasikan hal-hal yang harus didiskusikan dalam kelompok kecil, waktu yang disediakan untuk diskusi.

7. Pembentukan kelompok kecil terdiri dari lima atau tujuh orang.

8. Pelaksanaan diskusi kelompok dalam batas waktu yang sudah ditetapkan.

9. Membuat kesepakatan satu kelompok untuk melaporkan di muka kelas, kelompok-kelompok yang lain sebagai pengulas.

10. Penyampaian laporan kelompok-kelompok yang telah ditetapkan.

11. Mengatur jalannya pengulasan oleh kelompok-kelompok yang lain.

12. Diskusi kelas berakhir.

Metode Inkuiri

1. Pengertian

Inkuiri adalah suatu kegiatan atau penelaahan sesuatu dengan cara mencari kesimpulan, keyakinan tertentu melalui proses berpikir dan penalaran secara teratur, runtut dan bisa diterima oleh akal. Metode inkuiri merupakan kegiatan belajar mengajar dimana siswa diharapkan pada suatu keadaan atau masalah untuk kemudian dicari jawaban atau kesimpulannya. Jawaban atau kesimpulan tersebut belum tentu merupakan pemecahan atas masalah atau keadaan yang dihadapi. Dapat juga jawaban tersebut hanya sampai pada tingkat menemukan hal-hal yang menyebabkan timbulnya keadaan atau masalah tersebut. Dan hal inilah yang membedakan antara metode inkuiri dengan metode pemecahan masalah (problem solving) yang Iebih menitikberatkan pada pemecahan masalah yang dihadapi oleh siswa.

Kegiatan inkuiri dapat dilakukan secara perorangan, kelompok ataupun seluruh kelas (klasikal), baik dilakukan di dalam kelas ataupun di luar kelas. Inkuiri dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti diskusi antar siswa, tanya jawab antar guru dengan murid, dan sebagainya. Pelaksanaan metode inkuiri dapat dimaksudkan untuk mencari jawaban tertentu yang sudah pasti ataupun kemungkinan pilihan (alternatif) jawaban atas masalah tertentu.

2. Tujuan dan Manfaat

a. Penggunaan metode inkuiri bertujuan :

1. Mengembangkan sikap, keterampilan, kepercayaan siswa dalam memecahkan masalah atau memutuskan sesuatu secara tepat (obyektif).

2. Mengembangkan kemampuan berpikir siswa agar lebih tanggap, cermat dan nalar (kritis, analitis dan logis).

3. Membina dan mengembangkan sikap ingin tahu lebih jauh (curiousity).

4. Mengungkap aspek pengetahuan (kognitif) maupun sikap (afektif).

b. Agar kegiatan inkuiri mencapai tujuan (TIK) yang ditentukan, maka hendaknya diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Siswa diarahkan kepada pokok permasalahan yang akan dicari jawabannya atau dipecahkan. Untuk itu guru hendaknya menjelaskan pokok permasalahannya dan tujuan yang ingin dicapai.

2. Guru hendaknya memberikan keleluasaan kepada siswa untuk berdiskusi, mengemukakan kemungkinan pililian jawaban ataupun bertanya. Guru hanya membatasi agar jangan ke luar dari pokok pembicaraan.

3. Guru diharapkan mampu untuk memberikan pertanyaan pancingan, bilamana siswa kurang mampu menganalisa masalah.

4. Guru mengawasi, membatasi agar kegiatan siswa tidak menyimpang dari nilai-nilai, seperti nilai agama, pancasila dan sebagainya.

5. Guru tidak memberikan jawaban langsung atas masalah yang dihadapi.

3. La­ngkah-langkah Penggunaan

Seperti telah dikemukakan di muka ada berbagai cara dalam berinkuiri. Dalam hal inkuiri dilakukan dengan tanya jawab, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

a. Persiapan

1. Merumuskan permasalahan sebagai topik.

2. Merumuskan TIK.

3. Menjelaskan jalannya kegiatan inkuiri.

b. Pelaksanaan

1. Guru mengemukakan suatu masalah tertentu siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai kejelasan masalah tersebut.

2. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya seluas mungkin mengenai masalah tersebut, sampai merasa cukup untuk mengambil kesimpulan. Guru tidak boleh memberikan jawaban yang sifatnya menjawab atau memecahkan permasalahan yaug dihadapi siswa. Guru misalnya saja hanya memberikan jawabannya, tidak atau bukan dan sebagainya. Apabila siswa kurang aktif maka guru memberikan pertanyaan pancingan membantu siswa menelaah masalah tersebut.

3. Siswa mengemukakan kesimpulan atau pendapat sementara (hipotesa) dan alasan-alasannya. (Depdikbud, 1985:123).

Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)

1. Pengertian

Pemecahan masalah sebagai strategi belajar mengajar amat erat kaitannya dengan inkuiri dan penemuan. Pada prinsipnya ketiga-tiganya adalah menunjuk kepada suatu proses yang sukar dibedakan, namun demikian memang ada sedikit perbedaan. Pada inkuiri, yang dipentingkan ialah mencari jawaban sampai pada tingkat yakin dengan menggunakan dukungan fakta, analisa, interpretasi serta pembuktiannya. Yakin dalam hati mengetahui hakikat yang mendasar dari sesuatu, sehingga penelusuran terhadap alternatif perlu dikembangkan.

Pada pemecahan masalah titik berat diletakkan pada pemecahan masalah secara rasional, logis, benar dan tepat, tekanan pada proses pemecahan masalah dengan penentuan alternatif yang berguna saja. Jadi tidak sampai mengejar hakikat, lebih ditekankan pada kegunaannya, uatuk memecahkan masalah.

Masalah selalu timbul apabila suatu kenyataan tidak sesuai dengan yang dikehendaki. Dengan kata lain terdapat ketidakcocokan antara keadaan yang nyata (aktual) dengan keadaan yang dikehendaki (ideal), secara umum ada tiga macam cara pemecahan suatu masalah ialah pemecahan masalah secara otoritatif (yaitu pemecahan masalah oleh penguasa yaug berwenang, umpamanya guru sehingga siswa sendiri pasif), pemecahan secara motivasi (menggunakan cara-cara yang tidak rasionil, secara gaib), dan pemecahan masalah secara ilmiah. Yang terakhir ialah yang diutamakan pemecahan masalah (problem solving). Landasan pemecahan masalah ialah berpikir kritis atau reflektif. Cara berpikir ini prosesnya adalah menyadari adanya masalah, mencari petunjuk pemecahannya menggunakan suatu pemecahan yang cocok (paling tepat).

2. Tujuan dan Manfaat

a. Metode pemecahan masalah digunakan dengan tujuan :

1. Mencari jalan keluar dalam menghadapi masalah secara rasional.

2. Dalam memecahkan masalah bekerja sama dengan orang lain.

3. Mencari cara pemecahan masalah untuk meningkatkan kepercayaan diri.

b. Manfaat metode pemecahan masalah :

1. Siswa memperoleh pengalaman proses dalam menarik kesimpulan.

2. Siswa menjadi aktif dan mandiri serta gigih.

3. Siswa meningkatkan keterampilan berfikir logis, berpikir ilmiah.

4. Mengembangkan sikap dan keterampilan siswa supaya mampu memecahkan permasalahan serta mengambil keputusan secara obyektif dan mandiri.

5. Membina dan mengembangkan sikap ingin tahu lebih jauh dan cara berpikir kritis analistis, baik secara individu maupun secara kelompok.

3. Langkah-Iangkah Penggunaan

a. Persiapan

1. Menentukan permasalahan sebagai topik.

2. Merumuskan Tujuan Instruksional Khusus (TIK).

3. Merumuskan langkah-langkah pemecahan masalah.

4. Menentukan kriteria pemilihan pemecahan masalah yang terbaik.

b. Pelaksanaan

1. Menjelaskan Tujuan Instruksional Khusus kepada siswa.

2. Menjelaskan pelaksanaan pemecahan masalah.

3. Kegiatan pemecahan masalah. (Depdikbud, 1985:148).

Prinsip-Prinsip Dalam Memilih Metode

Mengenal suatu metode dengan pemahaman yang mendalam merupakan keharusan bagi seorang guru. Untuk dapat menguasai metode tertentu memang tidak sulit, tetapi dibutuhkan keberanian guru tersebut untuk mempraktekkannya. Karena metode-metode mengajar itu sangat beranekaragam, maka perlu konsep bagi seorang guru untuk memilih metode yang cocok dalam mengajar.

Tb. Bactiar Rivai, mengemukakan 5 prinsip dalam memilih metode mengajar :

1. Azas maju berkelanjutan (continous progress) yang artinya memberi kemungkinan kepada murid untuk mempelajari sesuatu sesuai dengan kemampuannya.

2. Penekanan pada belajar sendiri artinya siswa diberi kesempatan untuk mempelajari dan mencari sendiri bahan pelajaran lebih banyak lagi daripada yang diberikan guru.

3. Bekerja secara team, dimana siswa dapat mengerjakan sesuatu pekerjaan yang memungkinkan siswa bekerja sama.

4. Multidisipliner, artinya memungkinkan siswa untuk mempelajari sesuatu meninjau dari berbagai sudut kesehatan, keindahan atau pandangan orang lain.

5. Fleksibel, dalam arti dapat dilakukan menurut keperluan dan keadaan. (Engkoswara, 1984:46)

Dengan memiliki pemahaman secara umum tentang sifat suatu metode, seseorang akan lebih mudah menetapkan metode yang paling mendukung untuk situasi dan kondisi kegiatan belajar mengajar yang dihadapinya, dan dalam penerapannya metode dipengaruhi oleh berbagai faktor :

1. Siswa, dengan berbagai tingkat kematangannya.

2. Tujuan, dengan berbagai jenis dan fungsinya.

3. Situasi, dengan berbagai jenis dan keadaannya.

4. Fasilitas, dengan beranekaragam kwalitas dan kwantitas.

5. Guru, dengan pribadi dan kemampuan profesional yang berbeda.

(Lalu Muhammad Azhar, 1991:96)

Untuk mengklarifikasi baik atau tidaknya suatu metode memang sulit, karena untuk menggolong-golongkan metode itu harus dilihat nilai dan efektivitasnya, sebab metode yang kurang baik ditangan seorang guru dapat menjadi metode yang baik sekali ditangan guru lain. Yang cukup penting disini, guru diharapkan dapat menguasai teknik pelaksanaannya.

Menurut M. Uzer Usman dalam bukunya menjadi guru profesional menjelaskan bahwa dalam menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif ada lima jenis variabel yang menentukan keberhasilan belajar siswa, yaitu sebagai berikut :

1. Melibatkan siswa secara aktif

Mengajar adalah membimbing kegiatan belajar siswa sehingga ia mau belajar. Dengan demikian aktivitas murid sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar sehingga muridlah yang harus banyak aktif, sebab murid sebagai subyek didik.

Aktivitas belajar murid yang dimaksud di sini adalah aktivitas jasmaniah maupun aktivitas mental. Aktivitas itu dapat digolongkan ke dalam beberapa hal antara lain :

1. Aktivitas visual seperti membaca, menulis, dan demontrasi.

2. Aktivitas lisan seperti bercerita, diskusi.

3. Aktivitas mendengarkan seperti mendengarkan penjelasan guru.

4. Aktivitas menulis seperti mengarang, membuat surat.

(M. Uzer, 1985:17).

2. Menarik Minat dan Perhatian Siswa

Kondisi belajar mengajar yang efektif adalah adanya minat dan perhatian siswa dalam belajar. Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Sedangkan perhatian sifatnya sementara, ada kalanya timbul dan ada kalanya hilang. Minat ini besar sekali pengaruhya terhadap belajar sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya tanpa minat seseorang tidak akan melakukan sesuatu.

Keterlibatan siswa dalam belajar erat kaitannya dengan sifat-sifat murid, baik yang bersifat kognitif seperti kecerdasan dan bakat maupun yang bersifat afektif seperti motivasi, rasa percaya diri, dan minatnya.

"Minat siswa merupakan faktor utama yang menentukan derajat keaktifan belajar siswa. Jadi afektif merupakan faktor yang menentukan keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar." (William James, 1890:13).

3. Membangkitkan motivasi

Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorong untuk melakukan sesuatu atau keadaan organisme yang menyebabkan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkahlaku atau perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif menjadi perbuatan atau tingkahlaku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan. Jadi tugas guru adalah membangkitkan motivasi anak sehingga ia melakukan belajar, karena motivasi dapat timbul dari dalam diri individu dan dapat pula timbul akibat pengaruh dari luamya.

Untuk membangkitkan motivasi belajar siswa, guru hendaknya berusaha dengan berbagai cara, misalnya mencobakan/ memvariasikan metode belajar.

4. Prinsip Individualitas

Salah satu masalah utama dalam pendekatan belajar mengajar ialah masalah perbedaan individual.

Mursell dalam bukunya Succesfull Teaching yang dikutip oleh M. Uzer Usman mengemukakan, "Perbedaan individual secara vertikal dan secara kualitatif. Yang dimaksud perbedaan vertikal adalah intelegensia umum siswa itu. Perbedaan kualitatif adalah terletak pada bakat dan minatnya." (M. Uzer Usman, 1989:25).

Oleh karena itu setiap guru harus memahami bahwa tidak semua muridnya dapat menerima pelajaran yang diberikannya, ada yang lamban dalam mcnerima pelajaran. Tiap sistem pendidikan individualistas secara murni sulit dilaksanakan mengingat adanya berbagai keterbatasan. Oleh karena itu pengajaran sistem klasikal masih digunakan, namun guru haruslah memperhatikan perbedaan-perbedaan individual tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar